Minggu, 07 Agustus 2016

alasan kenapa harus tanpa status pacaran

ada beberapa hal yang mendasari kenapa masih betah dengan status sendiri, bukannya gagal move on atau apapun namanya. tapi ini soal waktu dimana usia tak lagi seperti anak sekolahan. ini masa dimana sudah waktunya memikirkan masa depan termasuk pendamping.

bicara soal pendamping, mungkin ia harus mencari dan harus pacaran untuk tahu dia cocok atau tidak. tapi seperti perkataan diawal ini masalah usia. bukankah siklus atau fase dimana sebelum seseorang resmi menjadi pacaran itu lama? belum lagi fase dimana kalau nanti hubungan itu kandas juga pada akhirnya.

sanggahan dari pernyataan itu mungkin dengan istilah PDKT, tapi justru fase inilah dimana waktu banyak terbuang, dan bukan hanya soal waktu, tapi tentang kepribadian.

sudah bukan rahasia lagi kalau lagi masuk tahap pdkt, banyak dari kepribadian yang akan berubah, berubah menjadi pribadi yang diinginkan oleh sang calon yang lagi didekati, dan bahkan saking sangat seriusnya untuk mengubah kepribadian diri sendiri,demi apa? yah demi menaklukan hati sang pujaan.

seolah-olah kepribadian yang tidak disuka oleh sang pujaan lenyap ditelan bumi, sekalipun itu adalah sikap yang baik. contohnya saja orang dulunya ngomongnya blak-blakan kini menjadi sok kalem dan cool. apa lagi kalau bukan demi sang pujaan.

hal yang sama juga dilakukan sama yang lagi didekati. tahu sendiri dirinya lagi didekati, jadi sok jual mahal, sok menjadi manusia paling indah di dunia, dan bahkan sampai kebiasaan yang nggak disuka oleh calon yang lagi ngedekatin ikut hilang tertiup angin.

bukannya apa, kalau demi sang pujaan menghilangkan kebiasaan buruk sih nggak masalah. tapi permasalahan utama dari masa pdkt adalah KONSISTENSI. kalau konsisten tetap seperti tahap PDKT sih syukur, tapi biasanya dan pada kebanyakan, konsisten itu sudah buyar dimasa saat sudah pacaran.

dan disaat seperti itulah, saat dimana semua kebiasaan dan kepribadian yang dulu terkubur, bangkit lagi kayak zombie. dan karena hal seperti itu muncullah kata "KAMU KOK BERUBAH SIH? NGGAK KAYAK DULU"

masalahnya juga adalah waktu, seperti penjelasan diawal soal usia, kalau pacaran dan akhirnya sampai ke pelaminan sih syukur, tapi kalau tidak? yang ada RUGI. Rugi waktu, tenaga dan materi, terlebih lagi soal perassan, bakalan memasuki lagi tahapan move on yang lama. memang mau terulang terus? ingat umurlah.

alasan lainnya karena ekonomi.

hubungan itu nggak semuanya hanya tentang cinta dan kasih sayang, tapi juga soal perut. nggak mungkin habis nikah makan pakai cinta, beli baju pakai kata sayang, bayar listrik dan air pakai kata rindu, apa lagi kalau ngontrak rumah, masa ia bayarnya pakai kata selalu bersama. semuanya juga tetap harus ada sisi materi didalam sebuah hubungan.

kalaupun ada rumah tapi pekerjaan belum menjamin, mau bilang apa. kalau istri tinggal dirumah mertua dan makan di rumah orang tua suami, dan masih pake hasil keringat orang tua suami untuk makan sih nggak jadi masalah.

tapi kalau suami yang tinggal di rumah orang tua istri? kalau bisa ngasih uang dapur sih syukur, tapi kalau makan dengan hasil keringat orang tua istri? muka mau ditaruh dimana? penitipan wajah? nggak mungkinlah.

apa lagi kalau tinggal dirumah kontrakan dan penghasilan nggak bisa menutupi untuk kebutuhan sehari hari, kalau suami yang minta ke orang tuanya sih mungkin masih dimaklumi, tapi kalau pihak istri yang minta uang kekeluarganya untuk beli beras? muka suami mau ditaruh dimana?

intinya, sedikit saran saja. diusia yang suah kepala dua, tahap pdkt cukup dimasa pertemanan saja, karena disaat berteman, semua sikap dan kepribadian  seseorang yang dirasa cocok untuk menemani sisa hidup dan yang menerima kekurangan dari kedua belah pihak akan terlihat dengan jelas.

dan setelah itu, mungkin fokus untuk menambah tabungan dan memeperbaiki pekerjaan sebelum memutuskan untuk seatap dengan orang lain nantinya akan menjadi bekal dalam menaungi bahtera rumah tangga nantinya.

#cambang labil

Sabtu, 06 Agustus 2016

Pelajaran dari Mantan

Hey mantan..

Ini sedikit sisa perasaan terhadap kamu, sisa yang akan habis diwaktu yang tepat. Diwaktu dimana kubersama penggantimu

Kenapa aku katakana sisa perasaan, bukannya aku masih berharap kau kembali kepelukanku, tapi aku masih ingin belajar darimu, tentang alasan apa dan bagaimana sikapku terhadapmu yang membuatmu meninggalkanku.

Intinya aku hanya ingin belajar untuk memperbaiki diriku dan berusaha mengubah segala sikap dan keadaanku yang membuatmu meninggalkanku, ataupun alasan kau meninggalkanku karena lebih memilih orang lain yang sepintas terlihat lebih segalanya di matamu.

Aku juga ingin belajar dari kisah kita dahulu, belajar tentang tidak lagi mengorbankan waktu dan segala yang kumiliki untuk hal yang tidak berguna. Bukannya hal itu jelek, tapi dari itu semua aku belajar untuk menghabiskkan waktu dengan orang yang lebih pantas.

Belajar untuk melihat mata yang tidak terpengaruh akan silaunya cahaya orang lain, saat aku telah memiliki dan dimiliki orang lain suatu saat nanti.

Belajar untuk tidak lagi mempercayai janji dan mengumbar kata dari perkataan “selalu bersama”. Janji yang dulu selalu terucap denganmu dengan jari kelingking yang kita ikatkan, karena biarlah janji itu terucap dalam bahasa dan tutur kata lain disaat ijab kabulku dengan seseorang yang akan kutemani selalu bersama dalam sisa usiaku nanti. Amin.

Segala sakit yang dulu kau ukir kuharap akan terhapus dengan kebahagiaanku dengan orang lain suatu saat nanti.Walau bahkan bayangan orang lain itu belum terlihat tapi aku akan menemukannya.

Tapi aku mendoakanmu agar kau menemukan orang yang lebih pantas dariku..


#cambang_labil